![]() |
Seruput
pertama, napasmu aroma expresso
Diskusi
kita berpacu dalam telepon pintar
Sesekali
ambil juga gambar menarik dari sudut kedai
Selebihnya,
diskusi kita menjadi gambar, aku dan sekalian teman-teman
Seruput
kedua, napasmu berbau tumbruk
Cerita
kita beralih gelak, gunjing berujung tawa
Kadang,
penggal juga potongan viral dari media sosial
Seterusnya
cerita hidup susah dalam gelas kopi mahal
Bunyi
seruput kopi kita serupa isapan susu bayi, tergantung di dada ibu
Pekak
tawa kita seperti keluh induk beras, karena harga pengisi perut melambung
tinggi
Pada
ujung senja kita sibuk pamer kartu kredit berpagu tinggi
Menertawakan
kedai kopi sepanjang bibir trotoar
Tak
pernah kita sadari, hobi sudah sampai kepada membuang air kelaut
Padang,
April 2020